Musala Di Tengah Permukiman Padat Karya Lorca Biru, Gondol Penghargaan Internasional

banner 468x60

Portalika.com [SURAKARTA] – Lagi, salah seorang desainer interior asal Kota Solo, Jateng, Lorca Langit Biru meraih penghargaan tingkat internasional pada ajang Good Design Award 2025, dengan predikat Gold Winner. Kali ini penghargaan diraih lewat karyanya berjudul Prayer Space.

Bangunan karya Lorca Biru ini berupa musala yang dibangun di tengah permukimn padat penduduk di Karangasem RT 003 RW 002, Laweyan, Solo, Jateng. Dia mengaku tak menyangka musala yang didirikan di tengah permukiman padat penduduk dan masuk melalui gang sempit ini akan meraih penghargaan internasional bergengsi dari Australia.

banner 300x250

Ditanya apakah musala ini sengaja dirancang untuk lomba, Lorca membantah. Karena musala ini sudah berdiri lebih dulu dan baru ikut lomba.

“Musala ini sudah kami dirikan lebih dulu dan kemudian saya mendapat undangan untuk lomba. Nah kayaknya ini mungkin bisa. Kan agak beda [dengan lainnya] atau agak gimana bentuk musala ini. Jadi memang bukan dirancang untuk ikut lolmba,” ungkap dia menjawab pertanyaan media di musala tersebut, Kamis 16 Oktober 2025 siang.

Diketahui sebelumnya dalam rentang lima tahun ini, Lorca sudah tiga kali meraih penghargaan Good Design Award, dengan predikat Gold Winner, yakni pada tahun 2020 – untuk proyek Store+, kategori Product Design Furniture and Lighting, tahun 2022 – untuk proyek Limasan House, kategori Architectural Design Residential (Interior Design) dan tahun 2025 – untuk proyek The Prayer Space, kategori Built Environment.

Selain penghargaan dari Good Design, tahun 2024, Lorca juga meraih penghargaan dari APAC Insider untuk kategori Most Exclusive Furniture Design Company. Secara keseluruhan, dalam rentang 16 tahun kariernya di bidang interior design, Lorca berhasil mendapat 12 penghargaan, dengan 8 di antaranya dengan predikat Award Winning.

Dengan capaian ini, menjadikan Lorca Biru sebagai salah satu studio desain Indonesia dengan rekam jejak konsisten di ajang desain bergengsi tingkat internasional.

Menurut dia seusai dibangun, pengelolaan musala diserahkan kepada masyarakat sekitar dan diberi nama Musala Ar-Rayan. Bentuk arsitekturnya yang unik, menjadikan musala ini nampak kontras dan menonjol di antara bangunan-bangunan lain di sekitarnya.

Lorca Langit Biru memberi keterangan kepada awak media saat konferensi pers di kediamannya Karangasem, Laweyan, Solo, Jateng, Kamis, 16 Oktober 2025 siang. (Portalika.com/Iskandar)

The Prayer Space meraih penghargaan Australian Good Design Award Gold Winner 2025 untuk kategori Built Environment. Penghargaan ini diberikan kepada proyek yang dinilai oleh dewan juri memiliki keunggulan luar biasa dalam aspek desain, inovasi, serta dampak positif bagi masyarakat.

Setiap tahun, Good Design Australia mengkurasi panel juri yang terdiri atas pakar desain dari Australia maupun mancanegara untuk memastikan proses penjurian berlangsung ketat dan kredibel. Anggota juri dipilih secara selektif berdasarkan rekam jejak, bidang keahlian, dan kemampuan menghadirkan beragam perspektif dan lebih objektif dalam penilaian sebuah desain.

Ramah Lingkungan

Dia mengutarakan dewan juri menilai, The Prayer Space memiliki keunggulan lebih karena bisa memadukan nilai religius dan kebudayaan masyarakat dalam sebuah bangunan yang multifungsi, sebagai ruang ibadah, edukasi dan ruang interaksi komunitas masyarakat setempat.

Selain itu, bangunan ini juga dibuat dengan mempertimbangkan aspek lingkungan dengan penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan, tahan lama dan mudah perawatannya.

Menurut Lorca dalam penilaian dewan juri menyebutkan Prayer Space di Solo, Indonesia ini menggabungkan religi, kebudayaan dan keberlangsungan lingkungan dalam sebuah ruang multifungsi, sebagai tempat ibadah, pendidikan dan ruang interaksi masyarakat. Eksekusinya indah dan diperkuat dengan kesederhanaannya.

Skala bangunan yang dibuat selaras dengan lingkungan sekitarnya, tidak mengurangi makna dan kehadiran Prayer Space sebagai bangunan publik yang penting. Transparansi dan keterbukaan bangunannya sangat diapresiasi. Sebuah karya yang indah dalam konteksnya dan memberi manfaat besar bagi masyarakat.

Lebih lanjut Lorca mengungkapkan Australian Good Design Awards merupakan salah satu ajang penghargaan desain internasional tertua di dunia. Tahun ini, program penghargaan tersebut mengusung tema Design for Better, yang menekankan peran penting desain dalam mewujudkan dunia yang lebih seimbang, inklusif, dan berkelanjutan.

Setelah belasan tahun berkarier di Australia, pada tahun 2020 Lorca Biru kembali ke kampung halamannya di Kota Solo dan membuka bisnis interior design di Indonesia.

Lorca Langit Biru menunjukkan ornamen dinding bermotif kawung yang menghiasi salah satu dinding musala Ar Rayan di Karangasem, Laweyan, Solo, Jateng, Kamis,16 Oktober 2025 siang. (Portalika.com/Iskandar)

Di bagian lain Takmir Musala Ar Rayan, Joko Sutopo menyambut gembira dengan berdirinya tempat ibadah di tengah-tengah permukiman padat ini. Karena dengan berdirinya musala warga setempat tak perlu jauh-jauh dari rumah untuk menunaikan salat berjamaah.

Bahkan kegiatan keagamaan di lingkungannya semakin hidup. “Selain beberapa kegiatan di Bulan Puasa ada pula pengajian setiap sebulan sekali. Kegiatan itu diikuti anak-anak sampai orang dewasa,” ungkap dia.

Oase di Tengah Kampung

Lebih lanjut Lorca mengatakan musala Ar Rayan mempunyai filosofi arsitektur menarik. Di antaranya musala karya Lorca ini dibangun sebagai oase di tengah perkampungan, tempat masyarakat dapat berkumpul, anak-anak bermain, beristirahat, dan belajar.

Konsep ini, papar Lorca, terinspirasi dari fungsi masjid pada masa Rasulullah SAW, yang tidak hanya digunakan untuk beribadah, tetapi juga sebagai pusat kehidupan sosial dan pendidikan umat. Musala ini mempunyai lima pilar pada fasad depan melambangkan Rukun Islam, fondasi utama dalam kehidupan umat Muslim.

Empat ruang (plong) di antara pilar merepresentasikan empat bulan yang dimuliakan dalam Islam: Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.

Terdapat delapan pintu akses di sisi kanan dan kiri bangunan. Empat di antaranya melambangkan unsur-unsur penciptaan manusia dalam pandangan Islam: Empat lainnya melambangkan unsur ghaib manusia: nafsu, akal, hati, dan ruh-yang membentuk keseimbangan spiritual dan jasmani manusia.

Bangunan ini menggunakan tiga susun atap yang terinspirasi dari arsitektur Jawa kuno pada masa peradaban Islam. Tiga lapisan tersebut melambangkan Iman, Ihsan, dan Islam-tiga tingkat kesempurnaan dalam spiritualitas manusia.

Motif Batik Kawung

Dinding interior dilapisi motif batik Kawung, warisan khas Jawa Tengah. Motif ini melambangkan kesempurnaan, kemurnian, dan kesucian, serta mengandung makna pengendalian diri dari nafsu dan hasrat duniawi-menuju jiwa yang bersih dan tenang.

Musala ini memiliki dua kubah, dalam filosofi Jawa, angka dua (dwi) berarti keseimbangan. Masing-masing kubah terdiri atas 17 lapisan. Kubah pertama melambangkan 17 rakaat salat wajib harian. Kubah kedua melambangkan 17 rakaat salat Rawatib, sebagai penyempurna ibadah harian.

Terdapat enam ruang (plong) pada kabinet bagian dalam yang melambangkan Rukun Iman, menegaskan pentingnya pondasi keyakinan dalam kehidupan beragama.

Atap bangunan dirancang rendah, sesuai falsafah Jawa andhap asor yang bermakna rendah hati di hadapan Tuhan dan sesama manusia. Selain itu, bentuk atap ini juga berfungsi mengurangi tampias air hujan, menegaskan perpaduan antara fungsi dan filosofi dan sebagainya.

Musala ini adalah ruang yang terbuka untuk siapa saja-tempat di mana manusia dapat bertemu dengan Tuhannya dan dengan sesama manusia. Musala ini hadir sebagai simbol keseimbangan antara iman, budaya, dan kemanusiaan, sekaligus wujud doa yang diwujudkan melalui arsitektur. (Iskandar)

Komentar