Kendalikan Inflasi Di Wonogiri, BI Solo Gandeng Ponpes Al Fatah Tanam Cabai

banner 468x60

Portalika.com [WONOGIRI] – Badan Pusat Statistik (BPS) beberapa kali mencatat hortikultura seperti cabai dan bawang sering kali menjadi penyebab utama laju inflasi di satu daerah.

Cabai bisa menjadi faktor biang penyebab inflasi di antaranya karena faktor cuaca. Guna meminimalisasi atau mengendalikan laju inflasi dan mendorong aktivitas ekonomi di Kabupaten Wonogiri, Bank Indonesia (BI) Solo menggandeng Pondok Pesantren (Ponpes) Al Fatah, Dusun Jurug, Desa Pokoh Kidul, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, Jateng menanam cabai merah besar (teropong).

banner 300x250

Program semacam ini sudah dilakukannya sejak tahun 2017 di Solo Raya.

“Ada lima Ponpes yang dibantu infrastruktur greenhouse untuk penanaman melon dan untuk penanaman cabai ada tujuh Ponpes. Untuk cabai ada nilai lebih lain yaitu bisa mendukung upaya-upaya pengendalian inflasi yang berasal dari cabai,” ujar Kepala Perwakilan BI Solo, Dwiyanto Cahyo Sumirat ketika memberi keterangan pers saat panen cabai bersama di Greenhouse Pertanian Cabai di Ponpes Al Fatah, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, Jateng, Senin 20 Mei 2024.

Baca juga: Siapkan Rp4,3 T BI Solo Siap Layani Penukaran Uang Di 95 Titik

Hadir pada acara itu antara lain Sekda Wonogiri, dalam hal ini diwakili Dinas Perdagangan Wonogiri, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Wonogiri atau yang mewakili, Kepala Kantor Kementerian Agama Wonogiri, Ketua Hebitren Solo Raya, Miftahul Huda dan jajaran pengurus, Pengasuh Pondok Pesantren Al Fatah, Ahmad Fauzi dan segenap pengurus, Pemerintah Kecamatan Wonogiri, Penyuluh Pertanian Kecamatan Wonogiri dan sebagainya.

Menurut Dwi hasil panen cabai tahun lalu dan tahun ini cukup bagus dan harga jual di pasar juga bagus. Dia berharap kalau produktivitas bisa ditingkatkan akan bisa memasok ke pasar lokal.

Kepala Perwakilan BI Solo, Dwiyanto Cahyo Sumirat (kiri) dan Ketua Hebitren Solo Raya, Miftahul Huda menjawab pertanyaan wartawan saat panen cabai bersama di Greenhouse Pertanian Cabai di Ponpes Al Fatah, Dusun Jurug, Desa Pokoh Kidul, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, Jateng, Senin 20 Mei 2024. (Portalika.com/Iskandar)

Selain bisa memproduksi cabai segar, ungkap Dwi, Ponpes Al Fatah juga memroduksi cabai bubuk. Ini dinilai sebagai alternatif kalau kelebihan produksi.

Sehingga kalau hasil panen melimpah atau berlebih, cabai tidak dibuang tapi diolah menjadi cabai bubuk agar bisa disimpan dalam waktu lama. Mudah-mudahan upaya untuk megubah cabai segar menjadi cabai bubuk bisa diterima masyarakat dan digunakan hasilnya.

Pantau Tanaman Dengan Internet
Dalam kerja sama ini pihaknya membantu infrastruktur. “Sehingga program untuk mendorong produksi sektor pertaniannya dalam bentuk infratani integrated farming using data information. Jadi kita menggunakan internet of things (IoT),” kata dia.

IoT adalah konsep di mana berbagai perangkat, seperti sensor, perangkat elektronik dan objek lainnya, terhubung dan berkomunikasi melalui jaringan internet. Dengan IoT pengguna dapat terkoneksi untuk melakukan berbagai aktivitas, mulai dari pencarian informasi hingga pengolahan data tanpa perlu campur tangan manusia.

Kepala Perwakilan BI Solo, Dwiyanto Cahyo Sumirat (memegang mik) memberi sambutan saat panen cabai bersama di Greenhouse Pertanian Cabai di Ponpes Al Fatah, Dusun Jurug, Desa Pokoh Kidul, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, Jateng, Senin 20 Mei 2024. (Portalika.com/Iskandar)

Sehingga pengguna bisa memantau kondisi air, hara tanah, kebutuhan suhunya seperti apa bisa dipantau. Hal itu dinilai cocok diterapkan di Ponpes yang penghuninya mayoritas anak-anak muda.

Sehingga ketika diajak berinteraksi dengan teknnologi seperti IoT, dinilai akan lebih mudah dan produksi akan baik karena terbantu dengan IoT.

Selain itu juga karena ada pendampingan untuk memroduksi baik cabai, melon dengan lebih baik lagi. Itu yang kita lakukan untuk mendorong aktivitas ekonomi dalam ranah Hebitren di Ponpes di Solo Raya.

Dwi menilai kemandirian pesantren dari sisi ekonnomi merupakan bagian dari pengembangan ekonomi inklusif. Jadi ekonomi itu tidak hanya dinikmati para pengusaha bermodal besar saja.

Tapi seluruh lapisan masyarakat termasuk masyarakat di Ponpes. “Apalagi Ponpes mempunyai lahan luas, mempunyai sumber daya manusia yang baik, dari sisi akhlak dan pengetahuan anak-anak yang siap dididik untuk berwirausaha,” tegas dia.

Sementara itu Ketua Hebitren Solo Raya, Miftahul Huda mengatakan untuk bantuan greenhouse yang digunakan menanam melon ada di Ponpes Darul Qur’an, Sragen, Ponpes Ta’mirul Islam (Kota Surakarta), Ponpes Kyai Ageng Selo (Klaten), Ponpes Darul Hasan (Sukoharjo) dan di Ponpes Al Ruqoyyah (Wonogiri).

Dia mengutarakan dengan berkolaborasi dengan BI Solo, peningkatan perekonomian dan kiat-kiat pesantren untuk berwirausaha menjadi terpacu.

“Saat ini anggota Hebitren sekitar 180 Ponpes se-Solo Raya. Mereka yang bisa menjadi anggota Hebitren adalah Ponpes yang mau berwirausaha,” ungkap dia sambil menambahkan Hebitren yang mempunyai greenhouse dan paling maju di Jateng adalah Hebitren Solo Raya.

Kirim Dana Untuk Bantu Palestina
Pengasuh Ponpes Al Fatah di Dusun Jurug, Desa Pokoh Kidul, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, Jateng, Ahmad Fauzi mengatakan panen cabai di greenhouse-nya dari tanaman pertama lalu, lebih dari 1 ton.

Cabai merah yang dipetik dari greenhouse seluas 500 m persegi dengan jumlah populasi sekitar 1.000 batang ini, hasil panennya mencapai 1,1 ton dengan nilai nominal lebih dari Rp30 juta.

“Hasil panen tersebut dijual di Pasar Kota Wonogiri, di samping itu dari santri juga ada program marketing. Kami juga menjualkan cabai rawit milik para petani di sekitar Ponpes. Hasil panen cabai mereka kami beli dan kami menjualnya ke pasar,” katanya.

Dia menjelaskan masa aktif berbuah tanaman cabai di greenhouse-nya bisa mencapai lima bulan, dengan tinggi tanaman sampai 4 meter. Karena tanaman tinggi maka kalau memanen pihaknya harus menggunakan kursi atau alat bantu lainnya.

Berdasar pengalamannya, pemanfaatan greenhouse untuk menanam cabai banyak bermanfaat. Di antaranya untuk meminimalisasi serangan hama tanaman dan hasilnya dianggap lebih maksimal.

Lebih lanjut Fauzi mengutarakan meski jumlahnya tak seberapa, pihaknya juga sempat menyisihkan sebagian hasil panen untuk dana kemanusiaan yaitu tragedi genosida Palestina yang dilakukan Zionis Israel kepada rakyat Palestina.

“Cabai kami kirim ke lembaga yang mengelola bantuan namanya AWG [Aqsa Working Group-red] di Jakarta. Sehingga lembaga ini pula yang menjual dan uangnya untuk dikirimkan ke Palestina,” ujar dia. (Iskandar)

Komentar