Hompimpa Jadi Program Pengenalan Khasanah Tradisional Agar Generasi Muda Jadi Jangkep

banner 468x60

Portalika.com [SOLO] – Seiring dengan perkembangan zaman dan lompatan perkembangan teknologi yang demikian pesat, budaya tradisional perlahan-lahan tereleminasi dengan sendirinya. Guna membangkitkan romantisme budaya tradisional di kalangan generasi muda, Sandhya Production Solo, Jateng menggelar berbagai lokakarya dan tour gallery bertajuk Hompimpa di Studio Musik Lokananta, Solo Sabtu 15 Juni 2024.

Lokakarya yang digelar antara lain, Lokakarya Tari Tradisional menampilkan maestro tari tradisional Indonesia, Didik Nini Thowok; Tembang Nusantara oleh arranger and composer Dr Sn Raden Mas Singih Sanjaya MHum; Tembang Dolanan oleh penyanyi Rumania Ruma; Permainan Tradisional oleh founder Hompimpa Antonia Filicia Es Rindi; Masakan Nusantara oleh Ibu-ibu PKK Wilayah Surakarta dan Tour Gallery Lokananta.

banner 300x250

“Acara ini untuk remaja maupun untuk anak-anak agar lebih kenal dengan khasanah tradisional yang sebenarnya mereka miliki. Namun sekarang agak susah kita mengalami itu,” ujar Project Manager Hompimpa, Nanang Musa ketika ditemui di sela-sela acara di Lokananta.

Baca juga: Solo Segera Punya Sekolah Khusus AI Dengan Investasi Rp3 Triliun. Di Mana Lokasinya?

Sebenarnya, ujar dia, Hompimpa ini adalah acara perdana dari rangkaian program metakultural Lonananta yang puncaknya di pertengahan Agustus berupa konser. Seperti diketahui Hompimpa itu kalau dalam permainan sering dimaknai simbol permulaan dari sebuah permainan.

Dari rangkaian itu isinya ada kegiatan workshop dengan berbagai konten yang diakhiri dengan main permainan tradisional di Taman Lokananta dilanjutkan dengan tour gallery.

Menurut dia peserta kegiatan ini beragam, dari kategori usia terutama dari anak-anak sampai pelajar sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA). Untuk narasumber karena ada beberapa materi maka untuk tari ada Didik Nini Thowok.

Yang berbeda dengan kegiatan serupa yang lain, ujar Nanang, di sini peserta tidak hanya mendapat workshop tapi di akhir sesi mereka akan diminta untuk berkreasi. Dalam artian masing-masing kelompok, peserta akan dibagi menjadi beberapa kelompok.

Mereka diminta untuk membuat karya yang merepresentasikan apa yang mereka dapat selama mengikuti kegiatan ini. Kelompok yang terpilih selain mendapat uang pembinaan juga berhak untuk pentas di acara puncak pada 17 Agustus 2024.

Peserta kegiatan ini berasal dari umum, sekolah, perorangan, maupun komunitas. Mereka mayoritas dari Solo tapi juga ada dari Jogja dan Salatiga, Jateng. Karena pihaknya memang ingin membuka kesempatan seluas mungkin.

Project Manager Hompimpa, Nanang Musa menjawab pertanyaan media ketika ditemui di sela-sela acara di Lokananta, Solo, Jateng, Sabtu, 15 Juni 2024. (Portalika.com/Iskandar)

Pergelaran ini dianggap kesempatan bagi remaja maupun untuk anak-anak agar lebih kenal dengan khasanah tradisional yang sebenarnya mereka miliki. Namun sekarang agak susah mereka mengalami berbagai khasanah tradisional itu.

Maka dari itu kegiatan ini untuk memunculkan pengalaman bahwa dolanan anak itu masih ada sampai sekarang. Karena dengan game atau HP yang sifatnya individual, kalau berbicara dengan permainan tradisional setidaknnya akan dimainkan dua orang.

“Di situ ada interaksi sosial dan harapan kami begitu. Yang menarik ketika ada penugasan sebenarnya bukan semata-mata capaian estetik. Tapi bagaimana anak-anak dari latar belakang atau sekolah dan daerah berbeda, mereka selama mengikuti kegiatan ini kemudian harus berkreasi kita bebaskan,” papar Nanang.

Diharapkan kreasi yang dihasilkan boleh musik, teater dan apapun yang nanti bisa muncul. Dari berbagai kegiatan tersebut dia mengatakan bahwa interaksi sosial itu penting termasuk mereka mengenal materi beragam, mulai tari, musik sampai makanan.

Agar dipahami bahwa masing-masing itu, ungkap dia, tidak bisa berdiri sediri. “Kita sebagai manusia yang punya kepribadian dan sebagainya, dengan mengenal irisan-irisan itu mereka dalam istilah Jawa, jadi jangkep. Dengan berbagai pengalaman yang diharapkan bisa menghasilkan sesuatu yang positif,” kata dia.

Mengangkat Budaya Yang Terlupakan
Menurut Nanang kegiatan ini salah satunya untuk mengangkat budaya masa lalu yang mungkin sudah banyak terlupakan. Karena baginya apa yang dianggap masa lalu bukan cuma jadi artefak atau pusaka, tetapi memang sesuatu yang benar-benar hidup.

Karena banyak hal-hal yang dekat dengan masyarakat tapi kemudian lupa nilainya. Diharapkan dengan lokakarya ini bisa menjaga tradisi yang baik kemudian bisa diserap nilai-nilai yang baik tidak sekadar di kemasan saja.

Sebenarnya, ungkap dia, hompimpa merupakan platform yang diawali sejak tahun 2022. Setelah pandemi, “generasi pandemi” yang minim interaksi sosial memicu pihaknya membikin platform.
Salah satu kontennya memang soal anak-anak untuk memunculkan interaksi itu.

Setelah beberapa kali berjalan, tahun ini pihaknya berkolaborasi dengan Lokananta untuk memunculkan program metakultural Lokananta diawali dengan acara Hompimpa ini.

Ditanya kenapa kegiatan digelar di Lokananta? Nanang menjelaskan karena Lokananta dinilai mempunyai sejarah panjang terutama terkait khasanah musik. Sehingga pengalaman yang pernah tercipta di Lokananta diharapkann bisa memantik memunculkan karya-karya baru.

Setidaknya bagi anak-anak muda kenal dulu, sehingga ketika misalnya program reguler di Lokananta seperti tour gallery bisa diperkaya lagi dengan pengalaman-pengalaman lain. Kegiatan ini akan berlanjut karena program metakultural Lokananta itu kan terdiri tiga babak.

“Di antaranya untuk Hompimpa, terus pertengahan bulan depan ada program Sinandika yaitu lomba menyanyi yang outputnya sama, peserta yang terpilih akan tampil di acara puncak yang kami sebut Pancarona pada 18 Agustus 2024 di Lokananta,” tandas dia. (Iskandar)

Komentar