Pengurangan Polusi Udara Untuk Mencegah Timbulnya Krisis Kesehatan Di Jakarta

banner 468x60

Belakangan ini, ramai di berbagai platform media massa menyebutkan bahwa Jakarta sedang mengalami pencemaran udara. Kualitas udara yang buruk di Jakarta dapat berdampak pada kesehatan masyarakatnya seperti penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan berbagai jenis penyakit akibat polusi udara lainnya.

Jakarta menjadi kota dengan polusi udara tertinggi ke-9 di kancah dunia berdasarkan website kualitas udara IQAir yang mencapai 125. Dalam konteks kualitas udara IQAir, PM 2.5 merupakan partikel udara yang ukurannya lebih kecil atau sama dengan 2.5mm, partikel ini seperti debu, asap, kotoran, tetesan cair, dan jelaga yang hanya dapat dilihat melalui mikroskop electron.

banner 300x250

Sehingga dengan adanya jenis PM 2.5 disekitar masyarakat yang tidak dapat terlihat dengan mata telanjang, sangat berdampak buruk bagi kesehatan. Pada 18 Agustus 2023, Konsentrasi Partikulat PM2.5 di Jakarta bernilai 9x dari kualitas udara tahunan WHO.

Sebelum itu, pada 10 Agustus 2023, kualitas udara di Jakarta menduduki peringkat pertama di dunia dimana Jakarta memasuki kategori tidak sehat dengan AQI 156 diatas Dubai, Uni Emirat Arab (140), dan Lahore, Pakistan (134).
Polusi udara di Jakarta disebabkan melalui beberapa factor seperti asap kendaraan bermotor yang mengandung berbagai zat berbahaya seperti NO2 dan berbagai partikel mikroskopis.

Jakarta yang merupakan pusat industry dan sekitarnya juga menyebabkan munculnya polusi udara dikarenakan terdapat proses industry seperti pembakaran batu bara dan menggunakan bahan kimia sehingga dapat menghasilkan emisi zat zat pencemar udara. Banyak negara maupun kota masih melakukan pembakaran sampah begitu pula Jakarta, melakukan proses pembakaran sampah dan kegiatan pertanian yang sulit dikendalikan dapat pula menyebabkan polusi udara yang berbentuk partikel maupun berbagai gas yang beracun.

Portalika.com/dok Agatha

Polusi Udara Meningkat
Maraknya berbagai pembangunan perusahaan dan kontruksi mengakibatkan polusi udara semakin meningkat dikarenakan dalam proses konstruksi menghasilkan banyak debu dan partikel-partikel lainnya.

Dalam hal ini, sebenarnya pemerintah maupun berbagai kalangan masyarakat telah mengeluarkan berbagai upaya untuk memerangi polusi udara di Jakarta. Upaya tersebut seperti melakukan uji emisi, mengeluarkan kebijakan untuk WFH, penyiraman jalan, pemberhentian kegiatan 4 perusahaan penyebab polusi udara,  membuat hujan buatan, melakukan uji coba penyemprotan air dari atap gedung tinggi, penunjukkan Luhut Pandjaitan oleh Presiden Jokowi untuk menangani masalah polusi udara di Jakarta, dan pengungkapan aksi mematikan PLTU oleh Erick Thohir.

Sedangkan apabila dilihat dari respon masyarakat menginginkan agar kualitas udara di Jakarta tidak semakin buruk dengan cara menaati berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah. Melalui platform media massa (TikTok), baru-baru ini muncul suatu video yang memuat 5 pemuda yang turun aksi untuk membagikan tanaman lidah mertua yang berfungsi untuk megurangi polusi udara di Jakarta.

Sehingga, sudah selayaknya seluruh warga masyarakat Jakarta baik dari kalangan pemerintah maupun masyarakat saling bahu membahu dalam memerangi polusi udara yang ada di Jakarta agar tidak semakin berdampak buruk bagi kesehatan serta dapat melakukan berbagai aktivitas seperti biasanya tidak dengan rasa kekhawatiran akan terkena pencemaran atau polusi udara. (*)

Penulis: Agatha Onny Pramudya, mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Slamet Riyadi Surakarta, Solo

Komentar