Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Putri Cempo di Mojosongo, Solo merupakan teknologi modern baru dalam pengelolaan sampah menjadi energi listrik. PLTSa ini rencananya akan dibangun dengan target di 12 kota, namun baru 4 yang terselesaikan yaitu Surabaya, Jakarta, Bekasi, dan Solo.
Menurut penulis, PLTSa Putri Cempo di Surakarta, Jawa Tengah melayani sampah Kota Solo dengan kapasitas 540 ton per hari. Pengelolaan sampah tersebut akan dikonversikan ke listrik dengan kapasitas output 5 MW yang akan diperjualkan seharga 13,35 cents per kWH ke perusahaan listrik negara.
Lingkup kerjasamanya antara lain, design, pembeayaan, pembangunan, operasi dan pemeliharaan. Yang menangani proyek pembangkit listrik tenaga sampah di Putri Cempo Surakarta ini adalah badan usaha pelaksana PT Solo Citra Metro Plasma Power atau biasa disebut dengan PT SCMPP.
Dibangunnya PLTSa tujuannya untuk mengelola sampah menjadi energi yang lebih bermanfaat seperti listrik. Akan tetapi untuk mengoperasikan PLTSa dibutuhkannya sampah hingga 550 ton perharinya.
Untuk beroperasi PLTSa membutuhkan sertifikat izin laik operasional untuk menghindari sampah yang overload. Hal ini secara keras ditolak oleh masyarakat karena dianggap mengganggu kenyamanan dari kegiatan PLTSA yang dianggap tidak ramah sebab masyarakat tidak ingin tempat tinggalnya dijadikan penampungan sampah sementara.
Warga juga menolak operasi PLTSa karena pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah ini berjangka panjang seperti tidak baik untuk kesehatan dan juga paling penting tidak ramah lingkungan. Banyaknya sampah berserakan di lingkungan masyarakat dapat membuat beberapa penyakit seperti diare dan lainnya karena kumuh.
Adapun pembakaran sampah yang dilakukan di PLTSa menyebabkan banyaknya gas rumah kaca yang mampu mempercepat perubahan pada iklim seperti yang terjadi pada 16 September 2023, kebakaran terjadi di area TPA Putri Cempo yang disebabkan cuaca panas.
“Belum dioperasikan saja masalah sudah muncul apalagi sesudah dioperasikan,” ucap Lia mengutip warga setempat.
Pemerintah dan staf melakukan peninjauan lebih lanjut dalam pembangunan PLTSa ini agar segera dioperasikan pada bulan Oktober 2023. Pemerintah memberikan edukasi terhadap masyarakat sekitar bahwa operasional PLTSa ini digunakan untuk mengurangi sampah yang bermanfaat sebagai kualitas lingkungan.
Program ini disebut sebagai solusi penanganan sampah yang menumpuk sebagai pengganti energi yang lebih bermanfaat seperti listrik. Dengan teknologi ramah lingkungan PLTSa diusahakan untuk tidak mengganggu kenyamanan masyarakat sehingga dapat beroperasional dengan efektif dan efisien.
PLTSa juga menggunakan teknologi modern seperti teknologi gasifikasi dimana tidak menggunakan cerobong asap untuk hasil pembakaran sehingga tidak akan menghasilkan emisi baik dioksin maupun furan yang berbahaya.
Pemerintah berkomitmen agar Pembangunan PLTSa ini sebagai upaya pengelolaan sampah menjadi energi listrik yang ramah lingkungan.
Terciptanya lingkungan yang sehat dengan energi terbarukan seperti listrik untuk memanfaatkan sampah. Masyarakat dihimbau untuk ikut serta dalam pembangunan berkelanjutan ini agar sampah tidak menumpuk dengan sia sia dan menjadi masalah lebih bagi pemerintah.
Dibangunnya PLTSa juga sebagai bentuk kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah dengan benar agar tidak merusak lingkungan dan terciptanya lingkungan yang sehat dan ramah. Masyarakat diberi edukasi dan ajakan untuk lebih menyayangi lingkungan demi kenyamanan bersama.
Program PLTSa ini akan disegerakan untuk beroperasi agar sampah dapat dikelola dengan baik dan terciptanya lingkungan yang asri dan berkurangnya sampah sampah yang menumpuk. (*)
Penulis: Mobillia Solekha Putri Margareta, mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Slamet Riyadi Surakarta, Solo
Komentar