Pentas Seni Tari Dan Pendidikan Lingkungan Hidup Kado Mahasiswa UNS Untuk Warga Desa Klakah

banner 468x60

Portalika.com [BOYOLALI] – Tim Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar Pentas Seni dan Pendidikan Lingkungan Hidup di Desa Klakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Kegiatan ini merupakan skema Hibah Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dilaksanakan mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS.

Program-program yang berjalan mendapat bimbingan dari Prof Dr Chatarina Muryani, MSi dan Rahning Utomowati, SSi, MSc. Pentas Seni Tari Desa Klakah yang terselenggara dalam rangka perpisahan antara Tim Hibah MBKM UNS dengan masyarakat Desa Klakah.

banner 300x250

Kegiatan ini sekaligus sebagai pengenalan budaya Desa Klakah, khususnya kepada wisatawan yang sedang berkunjung. Kegiatan bertempat di halaman Balaidesa Klakah, Minggu kemarin.

Baca juga: 30 Tahun Pengabdian, Alumni AKABRI ’94 Gelar Bakti Sosial di Boyolali

Tim Hibah MBKM UNS terdiri dari 10 mahasiswa yang diketuai oleh Fachreza Arya Wanindra. Mereka beranggotakan Nurul faiz Zakiyyah, Nisa Malinda, Carry Veronica, Aulia Hoerunnisa, Dwi Nur Hidayati, Dwi Puspitasari, Adera Rizkyka, Marsha Puspa, dan Ahmad Bima Satria. Kegiatan MBKM ini telah dilaksanakan selama 40 hari yang dimulai sejak April hingga Juni 2024.

Fachreza mewakili Tim Hibah MBKM berterima kasih kepada masyarakat Desa Klakah. Pentas seni yang terselenggara turut menjadi wadah untuk mengenalkan budaya. Banyak pihak terlibat, khususnya pemuda, karang taruna, dan para sanggar seni tari.

Acara ini dibuka Kepala Desa Klakah, Marwoto. Ia mengapresiasi kontribusi Tim Hibah MBKM UNS selama berada di Desa Klakah. Pentas Seni Tari Desa Klakah menjadi program penutup yang disiapkan dengan sangat baik.

Portalika.com/Yuni

“Saya harap dengan adanya acara pentas seni ini dapat mengenalkan budaya Desa Klakah dan terus dapat dilestarikan oleh generasi selanjutnya,” ungkap Marwoto.

Perwakilan tiap dusun di Desa Klakah mementaskan beberapa tarian. Semua menampilkan seni tariannya dengan alat musik dan iringan gamelan secara langsung. Setiap penampilan memiliki ciri khas kostum yang berbeda dan bervariasi. Masing-masing sanggar membawakan pesan moral yang terkandung dalam tarian yang ditampilkan.

Tari Monolan dan Tari Topeng Ireng dari Dusun Klakah Ngisor dipentaskan oleh Sanggar Sekar Merapi. Tari Monolan merupakan kesenian yang menggambarkan tokoh jenaka untuk menghibur masyarakat pada zaman penjajahan dahulu.

Sedangkan Tari Topeng Ireng menjadi media penyebaran Islam dan digunakan dalam berlatih ilmu beladiri pencak silat.

Tari Soreng dari Dusun Klakah Tengah dipentaskan Sanggar Tari Lambaningrat. Tari Soreng berasal dari kata Suro Ing yang berarti berani dimana saja. Tari ini melambangkan dimensi keprajuritan Jipang Panulang, yaitu Patih Haryo Penangsang.

Tari Topeng Ireng dan Tari Rampak Buto Gedruk dari Dusun Klakah Duwur dipentaskan Sanggar Yaksogirang Ukir Merapi. Tari yang dibawakan berkisah yang tinggal didalam hutan belantara demi menjaga adat dan melestarikan alam pegunungan.

Portalika.com/Yuni

Tari Rampak Buto Gedruk diangkat dari sebuah kisah lokal yang berada di lereng gunung Merapi, yaitu kyai gembel.

Lingkungan Hidup Di Sekolah Dasar
Selain pentas seni, Tim Hibah MBKM UNS turut mengadakan pendidikan lingkungan hidup di beberapa sekolah. Program tersebut menjadi bagian dari tema besar Optimalisasi Pengembangan Desa Klakah Sebagai Desa Wisata Tangguh Bencana di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah Tahun 2024.

Pendidikan Lingkungan hidup dilaksanakan di dua sekolah, yaitu SD Negeri 1 Klakah dan SD Negeri 2 Klakah. Program yang terlaksana pada pertengahan Mei tersebut memberikan edukasi sampah organik dan non organik. Terdapat praktik langsung kepada siswa guna membiasakan membuang sampah sesuai jenisnya.

“Tentunya hal tersebut menjadikan pemahaman siswa bertambah mengenai cara membuang sampah yang benar dan pemilihan sampah yang baik. Harapannya adalah siswa memahami pentingnya menjaga lingkungan. Dimulai dengan pemahaman akan sampah organik dan non organik sehingga dapat terwujud sikap peduli lingkungan dan pengelolaan sampah,” ujar Fachreza. (Triantotus)

Komentar