Portalika.com [SOLO] – Dewan Profesor (DP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menyelenggarakan Mimbar Gagasan bertema Peran Perempuan dalam Mewarnai Peradaban. Perempuan memegang peran luar biasa dalam sebuah kehidupan, baik di tingkat keluarga.
Ketua DP UNS, Prof Drs Suranto Tjiptowibisono, MSc, PhD mengatakan Mimbar Gagasan Dewan Profesor menjadi tradisi baru UNS. Menurut Ketua DP UNS, apabila keluarga bagus, maka akan menjadi warga negara yang bagus.
Menurutnya dalam membangun peradaban, kita mengenal kata Respek. Respek adalah sebuah kata yang harus kita pegang teguh sebagai seorang saintis yang ada di perguruan tinggi. Bagaimana respek terhadap orang lain, bagaimana menghargai orang lain, bagaimana menempatkan orang lain pada tempatnya dan bagaimana membangun peradaban yang bagus dan maju.
Baca juga: Danrem 074/Warastratama Pimpin Apel Pagi dilanjutkan Pemberian Bingkisan Lebaran
Kata respek, ujarnya menjadi esensial di peringatan Hari Kartini. “Di peringatan Hari Kartini ini, perlu ada kontemplasi untuk melahirkan saran tentang bagaimana peradaban harus dikembangkan. Kartini melalui tulisannya mengembangkan peradaban. Dengan penanya, menjadi jalan untuk berusaha membangun kesetaraan. Apa yang dilakukan sebagai cara membangun peradaban,” ujar Prof Suranto.
Sedangkan Rektor UNS, Prof Dr Jamal Wiwoho, SH, MHum yang diwakili Wakil Rektor Riset dan Inovasi UNS, Prof Dr Kuncoro Diharjo, ST, MT menyampaikan apresiasinya terhadap kiprah Profesor Perempuan UNS dalam mewarnai mimbar gagasan menyongsong Hari Kartini.
“Perempuan memegang peran penting dalam strategi untuk membangun peradaban. Perempuan adalah tiang negara. Perempuan harus kuat dan cerdas dalam menghadapi tantangan global,” ujar Prof Kuncoro.
Kegiatan dipandu moderator Prof Dr Ir Maria Theresia Sri Budiastuti, MSi dan Prof Dr Ir Endang Yuniastuti, MSi menghadirkan empat narasumber, yakni Prof Venty Suryanti, SSi, MPhil, PhD, Direktur Inovasi dan Hilirisasi UNS berbicara mengenai gagasan tentang Kiprah Perempuan dalam Bidang Sains, Prof Dr Suciati, MPd, Guru Besar FKIP UNS membahas tentang Peran Perempuan dalam Literasi Sains, Prof Dr Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, MSi, Dekan FISIP UNS berbicara tentang bagaimana menerapkan tentang Adil Gender dan Prof Dr Sariyatun, MPd, MHum, Guru Besar FKIP UNS berbicara tentang Perempuan dan Kearifan Lokal.
Venty menyampaikan gagasan mengenai Kiprah Perempuan dalam Bidang Sains. Dia katakan saat ini setiap tanggal 11 Februari diperingati sebagai hari perempuan internasional di bidang sains. Dari data UNESCO, perempuan di dunia sebagai ilmuwan hanya 28%, sedangkan di Indonesia sebanyak 31%, padahal jumlah populasi perempuan di dunia adalah setengahnya.
“Sehingga kita perlu mendorong supaya perempuan bisa berpartisipasi di bidang sains,” terang Prof Venty.
Baca juga: Polres Sukoharjo Imbau Masyarakat Tak Gunakan Kereta Kelinci Untuk Takbir Keliling
Suciati, menyampaikan pandangan era abad 21 bercirikan perkembangan teknologi serba cepat, penggunaan teknologi digital canggih dan globalisasi. Kondisi saat ini menimbulkan dampak kompleks, sehingga dituntut kompetensi, literasi dan nilai karakter unggul dan profesional bagi perempuan.
“Substansi literasi sains adalah pengetahuan dan kecakapan seseorang mengidentifikasi masalah hingga kemampuan dalam menyelesaikan masalah. Penguatan literasi dalam keluarga sangat penting. Perempuan dalam keluarga mempunyai peran kuat meningkatkan kemampuan literasi sains,” terang Prof Suciati.
Selanjutnya, Ismi berbicara tentang bagaimana menerapkan tentang Adil General. Dekan FISIP UNS mengatakan keluarga sebagai inti peradaban bangsa.
“Ada kontribusi luar biasa dalam ekonomi global apabila perempuan diberi kesempatan dalam pembangunan. Sehingga perempuan harus diberikan perlakuan yang adil dan setara di ruang publik. Oleh sebab itu, kita harus mulai dengan melakukan proses pendidikan dari dalam keluarga secara adil,” ujar Prof Ismi.
Terakhir, Sariyatun, menegaskan perempuan dalam menjaga nilai-nilai kearifan lokal sangat penting supaya tidak kehilangan identitas diri. “Perempuan yang bisa memanfaatkan teknologi tanpa meninggalkan nilai-nilai kearifan lokal. Perempuan harus berwawasan global tetapi harus berpijak pada kearifan lokal sebagai identitas bangsa,” terang Prof Sariyatun. (Trianto H Suryono)
Komentar