Portalika.com [SUKOHARJO] – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang baru-baru ini menggelar program kreatif bertajuk Ecoprint: Pemanfaatan Tumbuhan Lokal dalam Seni Cetak Ramah Lingkungan di Langenharjo, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo.
Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan teknik ecoprint sebagai salah satu bentuk seni cetak yang memanfaatkan tumbuhan lokal, sekaligus memberikan alternatif usaha ramah lingkungan bagi masyarakat desa.
Acara ini diikuti warga desa, termasuk para ibu rumah tangga dan anggota PKK pada Rabu, 31 Juli 2024 di balaidesa jam 09.00 WIB sampai jam 11.00 WIB. Program dimulai dengan sosialisasi mengenai ecoprint, di mana Putri Imel Panjaitan sebagai perwakilan mahasiswa KKN bertindak sebagai narasumber yang menjelaskan konsep dasar seni cetak ini.
Baca juga: Pemeriksaan Dan Penyuluhan Kesehatan Gigi Dan Mulut Di SD Negeri 5 Gayam
Imel menjelaskan, ecoprint adalah teknik pencetakan alami yang menggunakan daun, bunga dan bagian tumbuhan lainnya untuk membuat pola pada kain. Proses ini tidak memerlukan pewarna sintetis atau bahan kimia berbahaya, sehingga sangat ramah lingkungan.
Setelah sosialisasi, peserta diajak untuk terjun langsung dalam proses pembuatan ecoprint. Mereka mengumpulkan berbagai jenis tumbuhan lokal yang tersedia di sekitar desa, seperti daun pepaya, daun dan bunga telang, daun kelor, daun singkong dan lain lain.
Proses pembuatan ecoprint dimulai dengan mempersiapkan berbagai alat dan bahan seperti kain berwarna putih, palu kayu, plastik dan tumbuhan. Setelah itu, bagian bawah kain dapat diberi plastik untuk menghindari sisi kain lainnya terkena warna tanaman.
Tanaman yang sudah disiapkan dapat di tata di atas kain dan ditutup kembali dengan plastik lalu dapat diberi tekanan dengan mengetuk palu di atas plastik yang sudah diberikan. Tujuannya adalah untuk mengeluarkan pewarna alami dari tanaman.
Pencetakan menggunakan palu dapat dilakukan dengan hati-hati dan telaten agar tidak mengubah struktur dari tanaman dalam kain.
Putri Imel menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk membuat ecoprint ini cukup singkat. “Pencetakan tergantung jumlah dari tanaman yang kita gunakan, semakin banyak jenis tanaman yang digunakan dalam satu pola, maka waktunya akan lumayan lama. Namun umumnya, ujarnya, metode pukul menggunakan palu kayu ini memang banyak digunakan karena sangat efisien dari segi metode dan waktu,” ujarnya.
Setelah selesai mencetak pola diatas kain, ujarnya, langkah selanjutnya dapat dilakukan dengan merendam kain dalam rendaman air tawas dengan cara menyiapkan air satu liter dan tawas satu sendok makan (15 gr) kemudian rendam tote bag dalam air tawas selama 5 hingga 15 menit.
Proses ini disebut fiksasi yang bertujuan agar zat warna daun dapat bertahan lama pada tote bag. Lalu keringkan tote bag tanpa di peras.
Dengan keberhasilan program ini, Desa Langenharjo diharapkan dapat menjadi pionir dalam mengembangkan seni dan kerajinan ramah lingkungan berbasis sumber daya lokal. Program ini tidak hanya memberi pengetahuan baru kepada masyarakat, tetapi juga mendorong kreativitas dan kemandirian ekonomi berbasis lingkungan. (*)
Penulis: Putri Imel Panjaitan
Editor: Suryono
Komentar