Ketua PCNU Solo Setuju Rel Layang Simpang Joglo Dinamai Slamet Riyadi

banner 468x60

Portalika.com [SOLO] – Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Solo, Mochamad Mashuri tak mempermasalahkan jika ada sekolompok orang yang menginginkan pembangunan rel layang di Simpang Joglo dinamai Slamet Riyadi.

Asal hal itu disertai kajian matang dari sejarawan, akademisi, tokoh agama, tokoh masyarakat dan sebagainya. Dia tak mempermasalahkan asal penamaan itu didahului dengan berbagai kajian dan kesepakatan mereka yang berkompeten tersebut.

banner 300x250

“Karena Brigjen Slamet Riyadi merupakan salah satu pahlawan nasional yang memunyai nama besar dan banyak berjasa di Tanah Air,” ujar Mashuri kepada wartawan di Ono Coffee, Keprabon, Banjarsari, Solo, Jateng, Sabtu, 17 Februari 2024.

Baca juga: 4 Titik Jadi Fokus Pemantauan Kemacetan. Jadi Exit Tol, Simpang 4 Sanggup Dibangun Pospam

Alasan lain kepantasan penamaan elevated rail Simpang Tujuh Joglo menggunakan nama Slamet Riyadi, karena pahlawan nasional asal Solo ini dinilai juga telah menjadi nama jalan protokol atau jalan utama di Kota Solo.

Seperti diketahui Jalan Slamet Riyadi yang membentang sepanjang 6 kilometer dari Kleco, Laweyan sampai Gladag, Pasar Kliwon ini juga pernah mendapat predikat bergengsi yaitu jalan lurus terpanjang se-Asia Tenggara.

“Jadi dulu pemberian nama Slamet Riyadi itu tidak main-main. Maka tidak ada salahnya ketika Simpang Joglo yang monumental itu dinamakan Slamet Riyadi. Ini sebagai pengingat bahwa perjuangan beliau ketika merebut kemerdekaan Indonesia tidak mudah. Kalau hari ini beliau bisa bicara, mungkin akan berkata kamu semua itu tinggal meneruskan. Kami berjuang tidak mudah tapi Anda menjaga Kota Surakarta ini juga tidak mudah,” kata dia.

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Solo, Mochamad Mashuri memberi keterangan pers di Ono Coffee, Keprabon, Banjarsari, Solo, Jateng, Sabtu, 17 Februari 2024. (Potalika.com/Iskandar)

Karena itu, papar dia, tidak ada salahnya menamakan Simpang Joglo dengan Slamet Riyadi sebagai simbolis utama jalan di Kota Solo, kemudian digunakan sebagai penamaan rel layang Simpang Joglo. Diharapkan jika pembangunan rel layang Simpang Joglo selesai akan mampu mengurai kemacetan yang selama ini sering terjadi.

Selama ini kawasan Joglo menjadi salah satu kawasan rawan kemacetan di Solo. Karena frekuensi kereta api (KA) yang melintasi kawasan itu saat ini semakin bertambah banyak.

Akibatnya penutupan palang lintasan rel KA menjadi sering dilakukan, sehingga penumpukan jumlah kendaraan di kawasan itu tak terelakkan. Kondisi ini tentu menjadikan arus lalu-lintas semakin padat hingga sering kali menimbulkan kemacetan.

Menyinggung keberadaan Kereta Bandara Internasional Adi Soemarmo (BIAS) yang juga melintas Simpang Joglo, Huri menilai memudahkan akses ke bandara. Karena jam keberangkatan KA dinilai tepat waktu sehingga penumpang yang dari Kota Solo akan naik pesawat bisa menghitung waktu dengan tepat.

Karena KA ini jarang sekali mengalami penundaan keberangkatan kecuali terjadi kecelakaan. “Dengan naik KA Bandara penumpang bisa menghitung waktu dengan tepat dibanding menggunakan transportasi lain yang sering dihadapkan kemacetan jalan. Karena macet itu kadang memunculkan ketidaksabaran dan emosi pengendara, sehingga rawan memicu ketegangan pengendara satu dengan lainnya.”

Karena itu penggunaan nama Slamet Riyadi untuk memberi nama rel layang di Simpang Joglo sudah tepat mengingat besarnya jasa-jasa Slamet Riyadi. Dulu dia ikut berjuang memerangi penjajah yang mengganggu rakyat, sekarang keberadaan rel layang diharapkan mampu mengurai kemacetan yang mengganggu kelancaran arus lalu-lintas.

Tak dipungkiri kehadiran KA BIAS membantu kelancaran masyarakat yang ingin ke Bandara Adi Soemarmo tanpa terganggu macet. Selain itu jam keberangkatan kereta yang relatif tepat memudahkan masyarakat mengatur waktu. (Iskandar)

Komentar