Portalika.com [SOLO] – Pemilik bisnis rumah makan Wong Solo Grup, Puspo Wardoyo mengatakan sesuai tuntunan agama Islam dirinya yang diberi rezeki berlimpah dan kenikmatan oleh Allah SWT merasa wajib berkurban.
Dia juga merasa kenikmatan yang dimilikinya harus dibagi dan disampaikan kepada teman-temannya.
Menurut dia ada beberapa substansi dari kurban di antaranya yaitu ketauhidan, mencintai Allah atas segala-galanya, seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim. Karena itu dia menilai Nabi Ibrahim sebagai bapak tauhid yang ketakwaannya patut diteladani.
Baca juga: Sambut Tahun Baru, Wong Solo Grup Bagi Ribuan Makanan Gratis Dan Nyalakan 60 Kuintal Kembang Api
“Kurban di sini bukan hanya berarti menyembelih saja, tapi bisa kurban waktu, perasaan, tenaga, pikiran dan sebagainya juga termasuk berkorban. Dan yang tak kalah pentingnya adalah kurban kesalehan sosial,” ujar dia ketika memberi sambutan saat pengajian Idul Adha di Mesjid Al Hijrah di Karangasem, Laweyan, Solo, Jateng, Selasa 18 Juni 2024 malam.
Pengajian digelar di masjid yang didirikannya pada tanah milik mendiang orang tuanya itu dihadiri ratusan warga Karengasem, Mendungan, Pabelan, Kartasura, Sukoharjo dan sekitarnya.
Mereka yang hadir mulai dari anak-anak sampai orang dewasa baik laki-laki maupun perempuan di segala usia.
Lebih lanjut Puspo mengatakan, penyelenggaraan pengajian itu juga tak lepas dari niat baik dirinya yang telah lama meninggalkan tanah tumpah darahnya, ingin bernostalgia dan berbagi dengan para tetangganya dahulu. Karena itu dia mengundang warga sekitar kediamannya dulu untuk menghadiri pengajian.
“Saya yang awalnya orang sini [Karangasem] terus pindah ke tempat lain atau hijrah dan saat ini diberi sedikit kenikmatan Allah SWT ingin berbagi. Karena kenikmatan harus kita syiarkan atau sampaikan kepada teman-teman,” ujar dia.
Dia berpendapat dalam berkurban itu substansinya bukan hanya sapinya atau hewan kurbannya, tapi ketakwaannya. Takwa itu, papar dia, menjalankan perintah Allah dan meninggalkan segala larangan Allah.
Dia juga ingin memberitahukan bahwa dirinya sukses karena setelah meniggalkan tempat kelahirannya ini atau hijrah dari Karangasem ke tempat lain.
“Saya hijrah meninggalkan tempat juga baik secara fisik dan juga meninggalkan semua cara-cara kehidupan yang lampau yang tidak baik menuju yang lebih baik lagi,” tegas dia.
Mesjid Al Hijrah Bawa Perubahan
Sementara itu Ustaz Yoyok yang memberi tausyiyah berjudul Aku Ingin Berhijrah sesuai tempat pengajian digelar yaitu di Mesjid Al Hijrah mengatakan, penamaan masjid ini dinilai tepat.
Karena nama Al Hijrah dinilai mampu membawa perubahan sifnifikan terhadap kondisi sosial masyarakat sekitar.
Yoyok yang rumahnya tak jauh dari Mesjid Al Hijrah mengatakan, dulu lingkungan masjid ini dianggap kurang baik. Sebab di lingkungan masjid tersebut terdapat arena judi dan sejumlah warganya menjadi budak minuman keras (miras).
“Sejak Pak Puspo Wardoyo menyatakan hijrah dari kehidupan negatif di Karangasem dan kemudian membangun Masjid Al Hijrah yang semula hanya musala di tanah orang tuanya, syiar agama dari masjid Al Hijrah mampu mengubah kehidupan beraura negatif di Karangasem berubah menjadi aura positif,” ujar Yoyok.
Menurut dia cara untuk berhijrah agar berhasil ada beberapa cara. Di antaranya orang yang akan berhijrah harus mempunyai niat sungguh-sungguh. Kalau perlu pindah dari tempat lama yang sering mempengaruhi untuk mengajak berbuat negatif dan menjauhi komunitas yang memiliki trade mark negatif.
“Selanjutnya disarankan membina hubungan dengan komunitas baru yang banyak orang salehnya. Contohnya kalau berteman dengan penjual minyak wangi, bakal tertular bau harum. Sebaliknya kalau mendekat kepada pandai besi bakal terkena panasnya kobaran api pandai besi untuk menempa besi yang akan dibuat pisau atau parang. Selain itu mendekatlah kalangan ulama yang mau membimbing dan mengingatkan kalau akan terjerumus mengulang hal negatif,” ungkap dia.
Di bagian lain ratusan warga yang menghadiri pengajian di Mesjid Al Hijrah seusai pengajian langsung menyerbu makanan yang telah disediakan panitia. Selain mengambil makanan secara prasmanan dengan tertib antre mereka menerima uang bingkisan dari panitia. (Iskandar)
Komentar