Portalika.com [SOLO] – Presiden Prabowo Subianto dan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarno Putri mengirim ucapan duka cita atas berpulangnya Panglima Mega Bintang, Mudrick Setiawan Malkan Sangidoe, yang meninggal dunia di Rumah Sakit Indriati, Solo Baru, Grogol, Sukoharjo, Jateng Minggu, 19 Januari 2025.
“Bapak Presiden Prabowo dan Ibu Megawati telah mengirim ucapan duka cita atas meninggalnya Pak Mudrick,” ujar wakil keluarga almarhum Mudrick Hal ketika memberi sambutan upacara takziyah di rumah duka kawasan Kartopuran, Jayengan, Serengan, Solo, Jateng, Senin, 20 Januari 2025 siang.
Menurut dia selain kedua orang nomor satu di Indonesia itu, sejumlah petinggi di Tanah Air seperti sejumlah menteri di pemerintahan Prabowo-Gibran yakni Kabinet Merah Putih, Panglima TNI, Kasad, Kapolri dan sebagainya juga memberi ucapan bela sungkawa atas berpulangnya inisiator Organisasi Masyarakat (Ormas) Mega Bintang, Mudrick ini.
Baca juga: Panglima Mega Bintang, Mudrick Sangidoe Tutup Usia
Berdasar pantauan Portalika.com di kediaman Mudrick, Walikota Solo, Teguh Prakosa bersama sejumlah pejabat di Pemkot Solo dan anggota DPR dari PKS, Abdul Kharis Almasyhari juga hadir melayat.
Bukan hanya itu sejumlah tokoh masyarakat di Solo Raya seperti Ketua DPC PDIP Solo, FX Hadi Rudyatmo, mantan Ketua PPP Sragen, Rus Utaryono; tokoh PPP Wonogiri, Anding Sukiman; tokoh PPP Sukoharjo Suryanto, mantan anggota PPP Solo sebelum reformasi seperti Muhammad Taufik, Rohadi, Zein Anis, Nurochmad; Ketua DPRD Solo, Budi Prasetyo; mantan anggota DPRD Solo dari PDIP, Paulus Haryoto dan sebagainya juga hadir melayat.
Sementara itu karangan bunga ucapan duka cita tampak berjajar di sekitar rumah duka. Di antaranya dari Presiden Prabowo Subianto, Ketum PDIP Megawati Soekarno Putri, hingga Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Walikota Solo, Teguh Prakosa dalam sambutannya mengatakan, dia mewakili pemerintah Kota Solo mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya Mudrik. Dia berharap istri Mudrick, Hj Mujassaroh Amir Thohar dan ketiga putranya yang ditinggal Mudrick diberi kekuatan dan ketabahan.
“Kami selaku masyarakat Surakarta sungguh-sungguh merasa kehilangan dengan meninggalnya tokoh panutan Kota Solo dan bahkan juga panutan nasional Indonesia ini. Seperti terlihat di sini yang hadir melayat dari berbagai lintas golongan,” kata dia.
Diminta Lanjutkan Perjuangan
Sedangkan Rus Utaryono yang pernah menjabat sebagai salah satu Ketua Mega Bintang mengatakan sebelum meninggal dia sempat membezuk Mudrick di rumah sakit. Meski dalam kondisi sakit, saat itu Mudrick dinilai masih bersemangat.
Bahkan Mudrick sempat berpesan agar melanjutkan perjuangannya memerangi ketidakadilan di negeri ini. “Beliau meminta agar kami tidak segan melakukan demo jika ada ketidakadilan yang menyengsarakan rakyat kecil. Beliau minta agar kami tidak takut memberantas kezaliman, kalau perlu kami disuruh membawa bambu runcing,” ujar Rus ketika ditemui di sela-sela proses pemakaman di Makamhaji.
Dia menjelaskan Mega Bintang muncul sebagai perlawanan terhadap otoritarianisme rezim Orde Baru ketika PDIP yang dipimpin Megawati Soekarnoputri terzalimi. Pemicunya ketika PDIP Megawati saat itu terzalimi secara politis, Mudrick kemudian melakukan suatu gerakan pembelaan.
Bukan terhadap institusi, tapi terhadap hak-hak warga negara yang bergabung dengan partai politik. Gerakan ini direspons masyarakat secara luas dan berdampak pada tingginya perolehan kursi PPP pada tahun 1999.
Menurut Rus saat Orde Baru, Mudrick melakukan pergerakan perlawanan karena rezim yang berkuasa dinilai “membunuh” PDI. “Ternyata gerakan itu direspons masyarakat luas dan berdampak luar biasa terhadap Pemilu 1999. Ketika itu perolehan kursi PPP meningkat sangat signifikan, dari 3 kursi menjadi 7 kursi, dari 4 kursi jadi 11 kursi,” ungkap Rus.
Menyinggung nama Mega Bintang dia menjelaskan nama Mega Bintang diambil dari nama Megawati Soekarno Putri dikombinasikan dengan kata bintang, diambil dari logo PPP yang saat itu masih menggunakan lambang bintang. (Iskandar)
Komentar