Portalika.com [WONOGIRI] – Dalam rangka peringatan hari guru, Prodi PAI Staimas Wonogiri menyelenggarakan Webinar Nasional dengan tema Guruku Idolaku. Agenda itu dihadiri oleh 200 partisipan dari berbagai elemen, baik mahasiswa, guru, dosen maupun masyarakat umum.
Disampaikan Jumat, 3 Januari 2025, pada kesempatan tersebut hadir tiga narasumber dari tiga perguruan tinggi, yakni Staimas Wonogiri dengan narasumber Abdul Rochman, MPd, Lutfi Fadillah, MPd dari Universitas Maarif Lampung dan Siti Fatimah, MSI dari Sekolah Ilmu Tarbiyah Balikpapan.
Atik Nurfatmawati, SE, MIKom, Ketua Staimas Wonogiri menyampaikan apresiasinya kepada penyelenggara webinar nasional yang telah mengusung tema luar biasa sebagai refleksi akhir tahun dan berharap pada event selanjutnya kegiatan webinar nasional dilakukan oleh mahasiswa.
Baca juga: Civitas Akademika Staimas Harus Miliki Semangat Alih Status Sekolah Tinggi Ke Institut
Sehingga mahasiswa sebagai calon guru mempunyai keberanian untuk mempresentasikan gagasan-gagasannya terkait profesi guru ke depannya.
Kegiatan digelar 24 Desember 2024 dan narasumbet Abdul mengemukakan seorang guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
“Guru zaman now tidak hanya mengajar namun juga berperan sebagai pembimbing siswa, memiliki karakter kreatif dan inovatif dengan berbagai pembaharuan pada aspek kurikulum, strategi, metode dan media serta teknologi pendidikan. Siswa zaman now memiliki beragam permasalahan belajar, di antaranya yaitu, kurang motivasi, sulit konsentrasi, sulit mengingat, gangguan disiplin,” kata Abdul.
Dia menuturkan, untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut, setidaknya seorang guru dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut: pertama mengidentifikasi tujuan pembelajaran, kedua memahami karakteristik peserta didik, ketiga memilih metode pembelajaran yang inovatif dan terakhir memilih media interaktif yang mendukung.
Lutfi dalam paparannya yang berjudul peran guru modern dalam pendidikan masa depan. Dijelaskan bahwasannya konsep guru modern setidaknya ada 4 hal, yakni guru sebagai pembimbing, guru sebagai innovator, guru sebagai pendidik holistik dan guru sebagai lifelong learner.
Guru sebagai pembimbing ialah membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, kolaboratif dan komunikatif. Guru sebagai innovator berperan untuk memanfaatkan teknologi agar mampu menciptakan pembelajaran yang relevan dan interaktif.
“Adapun guru sebagai pendidik holisitik ialah menekankan pendidikan karakter, soft skills dan literasi digital. Sedangkan guru sebagai lifelong learner diartikan bahwa guru selalu belajar dan mengembangkan kompetensi sesuai dengan perkembangan zaman,” imbuhnya.
Selajutnya, menurut Lufti peran guru dalam pendidikan masa depan dapat dirangkum menjadi 4 poin yakni sebagai fasilitator pembelajaran berbasis teknologi, mendorong literasi abad ke-21, mengembangkan pembelajaran personal dan agen perubahan dalam komunitas pendidikan.
Fatimah pada kesempatan itu menyampaikan tema membina peserta didik yang produktif, berkarya dan berkarakter. Dalam pemaparannya dapat diketahui cara membina pesera didik yang produktif adalah dengan membantu menetapkan dan mengelola tujuan, membantu membuat catatan, membantu membuat daftar tugas, membantu menciptakan lingkungan yang produktif dan membantuk menggunakan Teknik Podomoro.
“Selanjutnya, cara agar peserta didik aktif berkarya yakni dengan menceritakan pengalaman inspiratif, menghargai kecerdasan majemuk, menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, memberikan dukungan dan bimbingan individual, berkolaborasi dengan orang tua, membangun karakter peserta didik,” tambahnya.
Dia menyatakan pendidikan karakter itu penting karena membentuk pondasi moral yang kuat dan membantu anak-anak mampu menghadapi tantangan hidup dengan sikap yang positif dan bertanggung jawab. Di samping itu, orang tua turut andil dalam menciptakan lingkungan yang mendukung di rumah dan menjadi teladan yang baik bagi anak-anak mereka.
“Pembentukan karakter anak dapat dilakukan melalui cerita dan dongeng yang mengandung nilai moral, diskusi tentang pentingnya nilai-nilai baik, serta memberikan pujian atas perilaku positif yang ditunjukkan oleh anak,” ujarnya. (Nadhiroh/*)
Komentar