Portalika.com [SOLO] – Putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep dan istrinya, Erina Gudono serta Wakil Wali (Wawali) Kota Solo, Teguh Prakosa mengikuti kirab pusaka Pura Mangkunegaran memperingati 1 Sura yang digelar Minggu Kliwon, 7 Juli 2024 malam. Namun kakak Kaesang yakni Gibaran Rakabuming Raka yang juga Walikota Solo tak tampak.
“Ternyata Mas Kaesang dan istri juga ikut kirab bersama Pak Wakil Wali Kota ya…,” ujar salah seorang warga yang menyaksikan kirab pusaka Pura Mangkunegaran kepada temannya di Jalan Slamet Riyadi, Solo, Jateng, Minggu malam.
Sekitar pukul 19.40 WIB rombongan kirab pusaka yang keluar dari Pura Mangkunegaran tiba di Perempatan Pasar Pon (Sarpon). Ribuan warga dari Solo Raya dan sekitarnya menyaksikan kirab yang langka karena melintas di Jalan Slamet Riyadi ini.
Baca juga: Keraton Kasunanan Dan Mangkunegaran Bakal Kirab 1 Sura Hari Minggu Malam
Karena selama ini rute kirab mayoritas dilakukan hanya mengitari tembok Pura Mangkunegaran. Pengageng Pura Mangkunegaran, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X mengatakan dengan melintasi kawasan Ngarsapura dan Jalan Slamet Riyadi, berarti rute kirab tambah panjang sekitar 500 meter.
Alasan memperpanjang rute kirab, kata Mangkunegara X, di antaranya dari sisi kebudayaan. Karena kawasan Ngarsapura yang secara historis berarti di depan Pura yang sudah dibangun itu akan dimaksimalkan. Dengan demikian keterlibatan masyarakat bisa lebih luas.
Lebih jauh dia mengungkapkan rute kirab pusaka ini sebelumnya juga pernah diubah oleh almarhum ayahandanya yaitu Mangkunegara IX. Karena kawasan Mangkunegaran itu sampai ke Ngarsapura yang dulu juga ada gapuranya.
Sementara itu Kaesang yang mengikuti kirab bersama istrinya berada di rombongan kedua dikawal beberapa anggota Pasukan Pengawal Presiiden. Sedangkan rombongan Wawali Solo, Teguh Prakosa berada di urutan paling depan.
Baik Kaesang maupun Teguh mengenakan pakain adat Jawa seperti ribuan peserta kirab lainnya.
Berebut Air Jamasan Pusaka
Sementara itu kirab pusaka disertai tapa bisu yang digelar Minggu malam, diawali kehadiran salah satu putra Mangkunegara IX yakni Gusti Pangeran Hariyo (GPH) Paundrakarna Jiwo Suryonegoro sebagai cucuk lampah.
Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber menyebutkan, ada lima pusaka yang dikirab pada malam 1 Suro tahun ini. Pusaka-pusaka itu berwujud benda panjang seperti tombak yang dibungkus kain kuning dan satu unit jodang.
Pusaka-pusaka ini diusung para abdi dalem berpakaian busana Jawa tanpa alas kaki menapaki rute kirab. Di belakangnya diikuti masyarakat luas baik laki-laki maupun perempuan yang mengenakan busana adat Jawa juga tanpa alas kaki dan melakukan tapa bisu.
Setelah pusaka keluar dari Pura Mangkunegaran untuk dikirab, ratusan warga yang masih berada di dalam Pura berebut air yang digunakan untuk jamasan atau untuk mencuci pusaka.
Mereka percaya air sisa jamasan pusaka ini mempunyai tuah tertentu. Karena itu mereka rela berbasah-basahan memperebutkan air tersebut.
Secara keseluruhan kirab yang digelar Minggu malam pada cuaca terang ini berlangsung khidmad. Ribuan orang berjajar di sepanjang rute kirab, sekitar 4 kilometer nyaris tanpa putus. Setidaknya lautan manusia ini terlihat di sepenggal Jalan slamet Riyadi yang dilalui kirab. (Iskandar)
Komentar