Portalika.com [SOLO] – Kerbau bule Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang selama ini menyertai kirab pusaka ternyata masih menjadi primadona masyarakat. Pada kirab pusaka memperingati 1 Muharam atau 1 Sura Kamis, 20 Juli 2023 dini hari banyak yang menantikan kehadiran kerbau tersebut.
“Keraton Kasunanan Surakarta ini memang punya banyak pusaka yang menarik ketika dikirab, tetapi kalau saat kirab pusaka tidak disertai kerbau-kerbau bule itu rasanya seperti ada yang kurang atau hambar,” ujar Bagong, 65, salah seorang warga Sumberlawang, Sragen, Jateng, ketika menyaksikan kirab pusaka Kraton Kasunanan Surakarta saat ditemui di Solo, Kamis dini hari.
Pada kirab pusaka itu terdapat lima ekor kerbau bule keturunan Kyai Slamet yang disertakan keliling menyusuri sejumlah ruas jalan di Kota Solo beserta sejumlah pusaka lainnya. Warga antusias menyaksikan kirab pusaka yang digelar Keraton Kasunanan Surakarta ini.
Mereka berjajar di sepanjang jalan yang dilalui kirab pusaka sejak dari dalam keraton ke utara menuju kawasan Gladak, Kantor Pos ke timur, Jalan Kapten Mulyadi, sampai Perempatan Baturono ke barat menyusuri Jalan Veteran.
Sampai perempatan Gemblegan, rombongan peserta kirab yang diikuti para tamu undangan, abdi dalem keraton dan sebagainya itu mengenakan busana atas warna hitam dikommbinasi kain jarik lengkap dengan kalung samir ini, berbelok ke utara ke Jalan Yos Sudarso mentok di Jalan Slamet Riyadi atau Perempatan Nonongan.
Dari Nonongan rombongan kirab meneruskan perjalanan ke timur, sampai kawasan Gladak belok ke selatan kembali ke Keraton Kasunanan Surakarta. Ada yang menarik saat kirab pusaka digelar.
Lagi-lagi warga tertarik dengan kerbau bule ini. Selain keikutsertaannya berjalan paling depan di depan sejumlah pusaka keraton lainnya, kerbau-kerbau ini juga dikawal sejumlah pawangnya.
Ini dimaksudkan untuk mengendalikan kerbau-kerbau tersebut agar bisa mengikuti prosesi kirab sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu para pawang yang dibantu beberapa personel lainnya sering kali mengimbau warga yang menyaksikan kirab mengenakan baju merah agar tidak berdiri di barisan depan jalan yang dilalui kerbau.
Dikhawatirkan warga yang mengenakan busana merah akan bisa memancing perilaku tak terkendali dan tak terduga yang membahayakan warga.
“Bapak-bapak dan ibu-ibu yang berbaju merah mohon tidak berdiri di barisan paling depan, silakan ke belakang agar tak terlihat kerbau,” ujar para pawang saat mengkondisikan jalan sebelum dilewati rombongan kerbau.
Yang lebih menarik lagi, sebagian masyarakat masih mempercayai bahwa lethong atau kotoran kerbau bule ini bertuah. Karena itu ketika kerbau-kerbau yang ikut dikirab itu mengeluarkan kotoran, kotoran yang masih hangat kemebul itu langsung diserbu untuk diperebutkan sejumlah warga yang terlihat tanpa rasa jijik.
“Memang ada yang masih percaya kalau lethong kerbau bule ini mempunyai beberapa manfaat. Di antaranya ada yang percaya bisa untuk menyuburkan tanaman kalau disebar di sawah yang ditanami padi maka tanaman akan subur,” ungkap salah satu warga, Sri Utami, 61, yang menyaksikan kirab.
Secara keseluruhan jalannya prosesi kirab pusaka Keraton Kasunanan Surakarta ini berjalan lancar. Sepanjang jalan yang dilalui kirab kira-kira 8 km mengitari keraton ini, puluhan warga dari berbagai daerah Solo dan sekitarnya, dengan sabar menunggu kirab melintas sejak selepas salat Isya berjejal hampir tak ada sela.
Selain itu di beberapa tempat yang dilalui kirab ini masyarakat juga menggelar panggung hiburan seperti musik keroncong, seni hadrah dan sebagainya. hal ini menjadi hiburan gratis bagi warga yang menunggu kirab melintas di tempat mereka. (Iskandar)
Komentar