Puluhan Grup Se-Indonesia Ikuti Festival Payung Di Solo

banner 468x60

Portalika.com [SOLO] – Sebanyak 65 grup seni pertunjukan, delapan grup fashion show dan 33 kelompok UMKM/komunitas kreatif dari Sabang, Riau, Bandar Lampung, Banda Aceh, Palembang, Bengkulu, Sumba Timur, Medang, Padangpanjang dan kota-kota lain di Indonesia telah berpartisipasi pada Festival Payung Indonesia (Fespin) 2023.

Direktur Fespin Heru Prasetyo mengatakan penyelenggaraan Fespin tak pernah berhenti sejak tahun 2014 sampai saat ini.

banner 300x250

“Tak terasa tahun 2023 ini usia penyelenggaraan Fespin sudah memasuki tahun ke-10. Tahun ini Fespin masuk kalender sportive 2023-Kemenperekraf RI,” ujar dia dalam siaran pers yang diterima Selasa (5/9/2023).

Baca juga: K-Pop, Waljinah Dan Anggun Siap Guncang Kota Solo

Tahun ini, kata dia, penyelenggaraan festival bertema Sepayung Bumi, Alam adalah Kita ini akan digelar di dua situs yaitu Balaikota Solo dan Pasar Gede pada 8 – 10 September 2023. Menurutnya, tema ini diharapkan mampu mengajak masyarakat dalam kebiasaan hidup sehari-hari mampu mencegah perubahan iklim mulai dari individu masing-masing.

Puluhan payung warna-warni berbagai ukuran yang digunakan untuk Festival Payung Indonesia ditata di Halaman Balaikota Surakarta, Jateng, Selasa (5/9/2023). (Portalika.com/Iskandar)

Selain sebagai ruang literasi, Fespin juga dianggap menjadi ruang kesetaraan atau egaliter bagi anak-anak disabilitas dalam menampilkan karya-karya kreatifnya. Pada Fespin tahun ini beberapa grup seni seperti Pusat Olah Seni Budaya Mulyo Joyo Enterprise Surabaya akan menampilkan penari-penari disabilitas.

Sedangkan Esaje Sikop dan Kreasi Tuli Indonesia by Akeyla Naraya Kabupaten Karawang menampilkan para model disabilitas, Studio Koepokoe Bantul akan menampilkan karya seni rupa anak-anak istimewa autis.

“Yang menarik terdapat dua remaja putri tuna rungu yang bekerja sebagai pembuat payung tradisi di home industri payung lukis Ngudi Rahayu, Juwiring, Klaten. Pembuat payung lukis ini mulai melakukan regenerasi pembuat payung tradisi untuk mencegah kepunahan,” papar Heru.

Mulai tahun 2022, ungkap dia, Fespin berusaha menempatkan literasi menjadi bagian penting dari festival dan berusaha menjadi program berkelanjutan. Jika pada Fespin ke-9 lahir sebuah buku kumpulan esai berjudul Payung Tradisi Nusantara dengan kata pengantar Prof Dr Peter Carey sejarawan modern, tahun ini Fespin siap menerbitkan buku Sepayung Bumi, Kumpulan Cerpen dan Puisi. Sebanyak 18 partisipan penulis cerpen dan 16 penulis puisi telah menyumbangkan karyanya untuk menerbitkan buku tersebut. (Iskandar)

Komentar