Portalika.com [SOLO] – Solo Documentary (Sodoc) Film Festival 2024 kembali digelar untuk kali kelima. Terdiri atas berbagai program baik pemutaran dan non pemutaran.
“Nama layar-layar diambil dari makanan khas Kota Solo seperti layar selat, layar liwet, layar thengkleng, layar brambang asem dan sebagainya. Ini untuk meperkenalkan makanan khas Kota Solo. Karena peserta festival banyak dari luar Kota Solo. Bahkan pelajar kita ada yang dari Ambon, maka dari itu mereka penasaran selat, nasi liwet itu seperti apa? Mereka ingin tahu. Karena itu layar-layar itu kami namakan kuliner di Kota Solo,” ujar Direktur Festival, Annisa Suryadani ketika memberi keterangan kepada media di Rumah Banjarsari Solo, Jateng, Kamis, 17 Oktober2024 siang.
Menurut dia program pemutaran kompetisi pelajar diwadahi dalam Layar Liwet, kompetisi mahasiswa (Layar Selat), eksibisi Solo (Layar Thengkleng), eksibisi umum (Layar Brambang Asem), Sodoc Child, Layar Dhayoh, Layar Bancakan dan Layar Spesial Difabel.
Baca juga: Bhineka Festival SMP Muhammadiyah PK Solo, Akulturasi Bumi Nusantara
Sedangkan untuk program non pemutaran terdiri atas FYP (Forum Yang Peripurna), Creative Sharing dan Awarding. Selain itu terdapat pula pameran fotografi yang bisa ditonton sepanjang perjalanan masuk, pameran foto ini berkolaborasi dengan Asosiasi Profesi Fotografi Indonesia (APFI) Pengcab Solo.
Tahun 2024 ini Sodoc Film Festival mengangkat tema Komunal. Komunal sendiri memiliki arti milik rakyat atau segala sesuatu yang dimiliki bersama.
Kami berharap dengan pemilihan tema Komunal, Solo Documentary Film Festival dan flm dokumenter bisa lebih dimiliki oleh masyarakat luas yang ada di Indonesia dari berbagai kalangan, terlebih di Jawa Tengah khususnya Kota Solo.
Sodoc Film Festival berupaya di setiap kehadirannya tidak hanya kuantitas yang ditingkatkan namun juga kualitas, baik dari segi penyelenggaraan, dari segi tontonan, dari segi penonton dan juga segi pembuat film yang berpartisipasi.
Tentun saja, ujar Annisa, Solo Documentary Film Festival dapat menjadi alternatif penambahaan wawasan bagi masyarakat khususnya pelajar dan mahasiswa melalui menonton film.
“Kesempatan kali ini, Solo Documentary Film Festival didukung oleh Direktorat Perfilman, Musik dan Media Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia serta Dinas Pariwisata Kota Surakarta. Harapannya film dokumenter dapat menjadi penyampai isu dan keresahan masyarakat serta membuka pandangan terhadap dunia yang lebih luas,” kata dia.
Dia berharap Sodoc Film Festival menjadi muara kegiatan film khusunya dokumenter di Kota Surakarta. (Iskandar)
Komentar