Portalika.com [SURAKARTA] – Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual (PMS) yang sering kali tidak disadari oleh penderitanya, terutama pada anak muda. Penyakit ini dapat berakibat serius jika tidak diobati dengan cepat, dan meskipun dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat, dampaknya bisa sangat merusak. Sifilis dapat menyebabkan kerusakan organ dalam tubuh, bahkan mengarah pada kematian jika sudah mencapai stadium lanjut. Oleh karena itu, penting bagi anak muda untuk mengetahui gejala, penyebab, serta langkah pencegahan untuk menghindari penyakit ini.
Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang berbentuk spiral. Bakteri ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka kecil, lecet, ruam pada kulit, atau melalui selaput lendir, yaitu jaringan dalam mulut atau kelamin. Sifilis lebih banyak menular akibat berhubungan seksual dengan penderita infeksi ini. Selain hubungan seksual, penyebaran bisa terjadi melalui kontak fisik dengan luka di tubuh penderita, atau menular dari ibu ke janin saat kehamilan atau persalinan.
Baca juga: Menangkal Hipertensi dengan Seledri: Solusi Alami untuk Menjaga Kesehatan Jantung
Beberapa kondisi yang membuat seseorang berisiko tertular yaitu :
- Bergonta-ganti pasangan seksual, contohnya menjalani hubungan poliamori.
- Berhubungan seksual tanpa kondom.
- Memiliki pasangan seksual penderita sifilis.
- Memiliki orientasi seksual lelaki seks lelaki.
- Positif terinfeksi HIV.
Berikut adalah gejala sifilis atau penyakit raja singa berdasarkan tahapan perkembangan penyakitnya :
- Sifilis Primer
Gejala muncul antara 10-90 hari setelah penderita terpapar bakteri penyebab sifilis. Awalnya, gejala yang muncul berupa luka kecil di kulit (chancre) yang tidak terasa sakit. Luka ini timbul di lokasi masuknya bakteri ke dalam tubuh, biasanya di sekitar kelamin.
Luka sifilis juga dapat muncul di area mulut atau dubur. Tidak hanya di bagian luar, luka akibat sipilis juga bisa muncul di bagian dalam vagina, dubur, atau mulut sehingga tidak terlihat. Luka tersebut terkadang tidak menimbulkan rasa sakit sehingga penderita bisa tidak menyadari terkena sifilis.
Luka ini dapat menghilang dalam 3-6 minggu. Namun, hal tersebut bukan berarti penderita telah pulih. Bila tidak diobati, kondisi ini justru menandakan infeksi telah berkembang dari primer menjadi sekunder.
Pada tahap ini, di area selangkangan juga dapat muncul benjolan yang menandakan pembengkakan kelenjar getah bening, sebagai reaksi dari sistem kekebalan tubuh terhadap bakteri penyebab sifilis.
- Sifilis Sekunder
Beberapa minggu setelah luka menghilang, gejala sifilis sekunder berbentuk ruam bisa muncul di bagian tubuh mana pun, terutama di telapak tangan dan kaki. Ruam tersebut dapat disertai kutil pada area kelamin atau mulut, namun tidak menimbulkan rasa gatal.
Biasanya, ruam yang muncul berwarna merah atau merah kecoklatan dan terasa kasar, tetapi ruam tersebut sering terlihat samar sehingga penderita tidak menyadarinya.
Selain timbul ruam, gejala sipilis (sifilis) tahap sekunder juga bisa disertai gejala lain, seperti : demam, lemas, nyeri otot, sakit tenggorokan, pusing, pembengkakan kelenjar getah bening, rambut rontok, serta penurunan berat badan.
Ruam pada tahap ini juga akan menghilang meski tidak diobati. Namun, gejala dapat muncul berulang kali setelahnya. Tanpa pengobatan yang tepat, infeksi dapat berlanjut ke tahap laten atau tahap tersier.
- Sifilis Laten
Pada sifilis tahap ini, bakteri tetap ada, tetapi sifilis tidak menimbulkan gejala apa pun selama bertahun-tahun. Selama 12 bulan pertama tahap sifilis laten, infeksi masih bisa ditularkan. Setelah 2 tahun, infeksi masih ada di dalam tubuh, tetapi tidak bisa menular kepada orang lain lagi.
Jika tidak diobati, infeksi ini dapat berkembang menjadi tahap tersier yang merupakan tahap sifilis paling berbahaya.
- Sifilis Tersier
Infeksi pada tahap ini dapat muncul antara 10-30 tahun setelah terjadinya infeksi pertama. Sifilis pada tahap tersier ditunjukkan dengan kerusakan organ permanen sehingga bisa berakibat fatal bagi penderitanya.
Pada tahap ini, sifilis bisa berdampak pada mata, otak, jantung, pembuluh darah, hati, tulang, dan sendi-sendi. Akibatnya, penderita bisa terkena kebutaan, penyakit jantung atau stroke.
- Sifilis Kongenital
Ibu hamil yang terkena sipilis dapat menyebarkan penyakit ini kepada anaknya, baik sejak dalam kandungan maupun saat persalinan. Sifilis jenis ini disebut sifilis bawaan atau sifilis kongenital.
Kondisi ini sering menimbulkan komplikasi serius saat kehamilan, seperti : keguguran, kematian janin, atau kematian bayi beberapa saat setelah dilahirkan.
Bila berhasil hidup, bayi yang lahir dengan sifilis kongenital biasanya tidak menunjukkan gejala tertentu pada awalnya. Namun, beberapa bayi dapat mengalami ruam di bagian telapak tangan atau telapak kaki, serta pembengkakan kelanjar getah bening dan organ limpa.Kondisi sifilis kongenital dapat menimbulkan komplikasi serius, antara lain seperti :
- Kelainan bentuk tulang, seperti batang hidung yang rata karena tulang rawan rusak dan dahi yang menonjol karena peradangan.
- Kelainan bentuk gigi.
- Anemia berat
- Pertumbuhan tulang yang abnormal.
- Meningitis
- Ganguan saraf, seperti buta atau tuli.
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kasus sifilis global terus meningkat, terutama di kalangan remaja dan anak muda. Di Indonesia, data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa angka infeksi sifilis di kalangan usia muda (15-24 tahun) meningkat sekitar 10% dalam beberapa tahun terakhir. Ini menunjukkan bahwa kesadaran tentang bahaya sifilis di kalangan anak muda masih sangat rendah.
Untuk mencegah penyebaran sifilis, beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh masyarakat, khususnya anak muda, antara lain:
- Menggunakan kondom dengan benar setiap kali berhubungan seksual, baik vaginal, anal, maupun oral.
- Berkomunikasi dengan pasangan tentang riwayat kesehatan seksual dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
- Mengurangi jumlah pasangan seksual untuk mengurangi risiko tertular penyakit menular seksual.
- Menghindari penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan yang dapat meningkatkan perilaku berisiko tinggi.
Penting bagi setiap individu untuk menyadari betapa berbahayanya sifilis dan mengambil langkah pencegahan yang tepat. Dengan edukasi yang baik dan tindakan pencegahan yang tepat, sifilis dapat dicegah dan disembuhkan sebelum menimbulkan dampak yang lebih serius.
Sumber :
Surya Adistanaya. 2017. Gambaran Karakteristik Sifilis di Poliklinik Kulit dan Kelamin Sub Divisi Infeksi Menular Seksual RSUP Sanglah Denpasar. FK Unud Periode Januari 2011-Desember 2013. Jurnal Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar Bali.
Tiecco, G., et al. 2021. A 2021 Update on Syphilis : Taking Stock from Pathogenesis to Vaccines. Pathogens, 10(11), pp. 1-14.
Center for Disease Control and Prevention. 2022. Sexually Transmitted Diseases (STDs). Syphilis – CDC Fact Sheet.
Center for Disease Control and Prevention. 2021. Sexually Transmitted Diseases (STD’s). Screening Recommendations and Considerations Referenced in Treatment Guidelines and Original Sources
National Institute of Health. 2022. MedlinePlus. Syphilis Test.
Johnson, S. & Watson, K. Healthline. 2022. Syphilis: Symptoms, Diagnosis, Treatment, and Prevention.
Penulis: Moh Chairil Nugraha M, 3242086, STIKES Nasional Surakarta
Editor: Tri Wahyudi
Komentar